Selasa, 29 Januari 2013

HIEM APA KAOY, Ta Harap Keu Pagee, Pageu Pajoh Tanaman



The Atjeh Times, Edisi 34 // 28 Januari - 3 Febuari 2013.
Ilustrasi: Cek Is Wadi
APA KAOY: Assalamualaikum. Bakbudik. Beurita apa nyang seudang Polem baca Itu, Polem? Oman…, beurita pemerkosaan lagoe? Dimana itu, Polem?
POLEM: Ini beurita surat haba beberapa hari nyang lalu, Apa Kaoy. Keujadiannya di Simeulu. Seorang gadis berusia 19 tahun diduga diperkosa oleh tiga orang oknum anggota Peulisi nyang bertugas di Polres Simeulu.
APA KAOY: Coba Polem baca sampai tuntas, bagaimana cerita lengkapnya? Pakriban cara ji peulaku?
POLEM: Hahaha. Droeneuh Apa Kaoy seulalu sangat menggebu-gebu keinginan kalau untuk mendengar cerita tentang suatu peristiwa nyang berhubungan deungon persoalan sex? Pakon meunan droeneuh? Meunyo lon lapor bak Po Ramlah, abeh neuh geu siram.
APA KAOY: Sudahlah, Polem. Jangan berpikiran nyang bukan-bukan untuk saya. Saya hanya ingin tau bagaimana ceritanya sampai oknum peulisi dituduh tega melakukan pemerkosaan?
POLEM: Menurut keterangan dari pihak keluarga si dara itu bahwa terlebih dahulu dicekekoki deungon sabu-sabu lalu diperkosa secara bergilir oleh ke tiga oknum peulisi tersebut. Teutapi atasan dari ke tiga oknum anggota peulisi tersebut, yaitu Kapolres Simeulu, mengatakan bahwa hasil penyelidikannya dan pengakuan para pelaku itu bukan pemerkosaan, tapi suka sama suka dan sudah sering dilakukan. Kata Kapolres lagi, mengutip pengakuan ke tiga pelaku, bahwa ketiga pelalu deungon korban telah lama terjalin suka sama suka, telah tiga kali melakukan hubungan intim di tempat dan waktu nyang berbeda, dan bahkan pelaku dan korban sering mengkomsumsi sabu-sabu.
APA KAOY: Terlepas benar  diperkosa atau atas dasar suka sama suka, nyang jelas perbuatan terlarang seperti itu, mesum dan sabu-sabu, sebenarnya tak pantas terjadi. Apalagi kalau nyang melakukan itu adalah oknum aparat penegak hukum,  nyang seharusnya mareka itu mencegah orang lain untuk tidak melanggar hukum dan melindungi rakyat nyang menjadi korban pelanggar hukum.
POLEM: Beutoi lagee nyan, Apa Kaoy. Mareka itu digaji oleh Negara deungon uang rakyat bukan untuk melanggar hukum, teutapi untuk menegakkan hukum di negeri ini. Kalau begini keujadiannya kan seperti tersindir dalam pepatah Melayu, “Ibarat pagar makan tanaman”.
APA KAOY: Boh pue meuceh that pepatah melayu droeneuh, Polem? Adak lam hadih maja na cit geusinggong tentang perangui lagee nyan, “Ta harap keu pageu, pageu nyang pajoh tanaman”.[]

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


pentaSagoe. Diberdayakan oleh Blogger.
 

Followers

 

Protek

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger