The Atjeh Times, Edisi 34 // 28 Januari - 3 Febuari 2013.
Ilustrasi: Cek Is Wadi
APA KAOY: Assalamualaikum. Bakbudik. Beurita apa nyang
seudang Polem baca Itu, Polem? Oman…, beurita pemerkosaan lagoe? Dimana itu,
Polem?
POLEM: Ini beurita surat haba beberapa hari nyang lalu,
Apa Kaoy. Keujadiannya di Simeulu. Seorang gadis berusia 19 tahun diduga
diperkosa oleh tiga orang oknum anggota Peulisi nyang bertugas di Polres
Simeulu.
APA KAOY: Coba Polem baca sampai tuntas, bagaimana cerita
lengkapnya? Pakriban cara ji peulaku?
POLEM: Hahaha. Droeneuh Apa Kaoy seulalu sangat
menggebu-gebu keinginan kalau untuk mendengar cerita tentang suatu peristiwa
nyang berhubungan deungon persoalan sex? Pakon meunan droeneuh? Meunyo lon
lapor bak Po Ramlah, abeh neuh geu siram.
APA KAOY: Sudahlah, Polem. Jangan berpikiran nyang
bukan-bukan untuk saya. Saya hanya ingin tau bagaimana ceritanya sampai oknum
peulisi dituduh tega melakukan pemerkosaan?
POLEM: Menurut keterangan dari pihak keluarga si dara itu
bahwa terlebih dahulu dicekekoki deungon sabu-sabu lalu diperkosa secara
bergilir oleh ke tiga oknum peulisi tersebut. Teutapi atasan dari ke tiga oknum
anggota peulisi tersebut, yaitu Kapolres Simeulu, mengatakan bahwa hasil penyelidikannya
dan pengakuan para pelaku itu bukan pemerkosaan, tapi suka sama suka dan sudah
sering dilakukan. Kata Kapolres lagi, mengutip pengakuan ke tiga pelaku, bahwa
ketiga pelalu deungon korban telah lama terjalin suka sama suka, telah tiga
kali melakukan hubungan intim di tempat dan waktu nyang berbeda, dan bahkan
pelaku dan korban sering mengkomsumsi sabu-sabu.
APA KAOY: Terlepas benar
diperkosa atau atas dasar suka sama suka, nyang jelas perbuatan terlarang
seperti itu, mesum dan sabu-sabu, sebenarnya tak pantas terjadi. Apalagi kalau
nyang melakukan itu adalah oknum aparat penegak hukum, nyang seharusnya mareka itu mencegah orang
lain untuk tidak melanggar hukum dan melindungi rakyat nyang menjadi korban
pelanggar hukum.
POLEM: Beutoi lagee nyan, Apa Kaoy. Mareka itu digaji
oleh Negara deungon uang rakyat bukan untuk melanggar hukum, teutapi untuk
menegakkan hukum di negeri ini. Kalau begini keujadiannya kan seperti tersindir
dalam pepatah Melayu, “Ibarat pagar makan tanaman”.
APA KAOY: Boh pue meuceh that pepatah melayu droeneuh,
Polem? Adak lam hadih maja na cit geusinggong tentang perangui lagee nyan, “Ta
harap keu pageu, pageu nyang pajoh tanaman”.[]